Pages

Ads 468x60px

Kamis, 08 Maret 2012

Askep Decom cordis

DECOMPENSASI CORDIS / PAYAH JANTUNG

BATASAN
Suatu kondisi bila cadangan jantung normal (peningkatan frekwensi jantung, dilatasa, hipertrophi, peningkatan isi sekuncup) untuk berespon terhadap stress tidak adekwat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya gagal jantung.

PENYEBAB KEGAGALAN
-          Disritmia (bradikardi,tachicardi)
-          Malfungsi katub (stenosis katub pulmonal/aortik)
-          Abnormalitas otot jantung (kardiomiopati, aterosklerosis koroner)
-          Angina pectoris, berlanjut infark miocard akut.
-          Ruptur miokard

RESPON TERHADAP KEGAGALAN
A.    Peningkatan tonus simpatis
Peningkatan sistem saraf simpatis yang mempengaruhi arteri vena jantung. Akibatnya meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan peningkatan kontraksi. Tonus simpatis membantu mempertahankan tekanan darah normal.
B.     Retensi air dan natrium
Bila ginjal mendeteksi adanya penurunan volume darah yang ada untuk filtrasi, ginjal merespon dengan manahan natrium dan air dengan cara demikian mencoba untuk meningkatkan volume darah central dan aliran balik vena.

PENGKAJIAN GAGAL JANTUNG
a.         Kegagalan ventrikel kiri
Tanda dan gejala :
-        Kongesti vaskuler pulmonal
-        Dispnoe, nyeri dada dan syok
-        Ortopnoe, dispnoe nocturnal paroxismal
-        Batuk iritasi, edema pulmonal akut
-        Penurunan curah jantung
-        Gallop atrial –S4, gallop ventrikel-S1
-        Crackles paru
-        Disritmia pulsus alterans
-        Peningkatan BB
-        Pernafasan cyne stokes
-        Bukti-bukti radiografi tentang kongesti vaskuler pulmonal
b.         kegagalan ventrikel kanan
Tanda dan gejala :
-        Cirah jantung rendah
-        Distensi vena jugularis
-        Edema
-        Disritmia
-        S3 dan S4 ventrikel kanan
-        Hipersonor pada perkusi
-        Immobilisasi diafragma rendah
-        Peningkatan diameter pada antero posterial

Klasifikasi gagal jantung (menurut Killip)
I.          Tidak gagal
II.       Gagal ringan sampai menengah
III.    Edema pulmonal akut
IV.    Syock kardiogenik

Sifat nyeri pada pasien dengan decompensasi cordis
1.      Akut
Timbul secara mendadak dan segera lenyap bila penyebab hilang. Ditandai oleh : nyeri seperti tertusuk benda tajam, pucat, disritmia, tanda syock kardiogenik (akral dingin gan perfusi turun)
2.      Kronis
Nyeri yang terjadi berkepanjangan hingga berbulan-bulan. Penyebab sulit dijelaskan dan gejala obyektif lidak jelas umumnya disertai dengan gangguan kepribadian serta kemampuan fungsional

Derajat nyeri
I.          Ringan : tidak mengganggu ADL dan pasien dapat tidur
II.       Sedang : mengganggu ADL dan pasien dapat tidur
III.    Berat    : mengganggu ADL dan pasien tidak dapat tidur

PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG
Bertujuan :
A.      menurunkan kerja jantung
B.       Meningkatkan gurah jantung dan kontraktilitas miocard
C.       Menurunkan retensi garam dan air

Pelaksanaannya meliputi :
A.      Tirah Baring
Kebutuhan pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit disembuhkan.
B.      Pemberian diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung
C.      Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe berat.
D.      Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.

E.       Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
F.       Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekwensi ventrikel, peningkatam efisiensi jantung.
G.      Inotropik positif
-        Dopamin
Pada dosis kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-adrenergik beta-adrenergik. Dan reseptor dopamine ini mengakibatkankeluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maximal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja jantung.
-        Dobutamin
Merangsang hanya betha adrenergik. Dosis mirip dopamine memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi dan tachicardi.

Tindakan-tindakan mekanis
-          Dukungan mekanis ventrikel kiri (mulai 1967) dengan komterpulasi balon intra aortic / pompa PBIA. Berfungsi untuk meningkatkan aliran koroner, memperbaiki isi sekuncup dan mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.
-          Tahun 1970, dengan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Alat ini menggantikan fungsi jantung paru. Mengakibatkan aliran darah dan pertukaran gas. Oksigenasi membrane extrakorporeal dapat digunakan untuk memberi waktu sampai tindakan pasti seperti bedah bypass arteri koroner, perbaikan septum atau transplantasi jantung dapat dilakukan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan adanya kerusakan miokardium yang luas ditandai dengan adanya kegagalan kompensasi jantung yaitu ; akral dingin, dispnea, pucat, kesadaran menurun, gelisah.

Tujuan :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) hilang dalam waktu 1 jam.
Kriteria hasil :   
-          Nyeri dada hilang
-          Pasien tenang
-          Pasien merasa nyaman dan tidak cemas

INTERVENSI
1.         Lakukan pendekatan terapeutik
2.         Jelaskan mengenai penyakit dan tindakan yang akan dilakukan.
3.         Tenangkan pasien sehingga tidak cemas akan penyakitnya
4.         Tirah baring sesuai dengan keadaan pasien
5.         Observasi tanda-tanda vital
6.         Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian : oksigen, cairan, analgetik central (morphin), terapi digitalis, nitrit dan inotropik positit.

Referensi

Lewis T, Disease of The Heart, New York, Macmillan 1993

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication.

Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI, volume I : Hudak dan Gallo Hal. 360-379, Penerbit buku kedokteran.


Askep CVA infark

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
CVA / STROKE INFARK

I.PENDAHULUAN.
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA.Kelainan ini  terjadi pada organ otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.Stroke menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 %  lebih tinggi)dan usia umumnya di atas 55 tahun.

II.PENYEBAB dan KLASIFIKASI.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1.Faktor resiko yang dapat diobati / dicegah :
§  Perokok.
§  Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
§  Tekanan darah tinggi.
§  Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
§  Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2.Faktor resiko yang tak dapat di rubah :
§  Usia di atas 65.
§  Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).
§  DM.
§  Keturunan ( Keluarga ada stroke).
§  Pernah terserang stroke.
§  Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
§  Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

Secara patologik suatu infark dapat di bagi dalam :
1.      Trombosis  pembuluh darah ( trombosis serebri ).
2.      Emboli a.l  dari jantung (emboli serebri ).
3.      Arteritis sebagai akibat lues / arteritis temporalis.


KLASIFIKASI  :
Secara klinis stroke di bagi menjadi :
1.      Serangan Ischemia Sepintas ( Transient Ischemia Attack / TIA ).
2.      Stroke Ischemia ( Stroke non Hemoragik ).
3.      Stroke Hemoragik.
4.      Gangguan Pembuluh Darah Otak Lain.
Sumber : 2000, Harsono ED, Kapita Selekta  Neurologi, Gajah Mada UP, hal : 84.

III.PATOFISIOLOGI.
Faktor penyebab :
Kualitas pembuluh darah tidak baik
Trombosis  pembuluh darah ( trombosis serebri ).
Emboli a.l  dari jantung (emboli serebri ).
Arteritis sebagai akibat lues / arteritis temporalis.


 


Penurunan Blood Flow ke otak
6.Kecemasan ancaman 
   kematian.
7.Kurang pengetahuan
   prognosis dan terapi.
 
 

Ischemia dan hipoksia jaringan otak

Infark otak


 

EDEMA JARINGAN OTAK






1.Jalan nafas tak efektif.
2.Resiko peningkatan TIK.
3.Intoleransi aktifitas (ADL )
4.Kerusakan mobilitas fisik.
5.Defisit perawatan diri.
 

8.Resiko injury
9.Gangguan nutrisi (kurang dari 
    kebutuhan   tubuh ).
10.Inkoninensia uri.
11.Inkontinensia alfi.
12.Resiko kerusakan integritas  
       kulit.
13.Kerusakan komunikasi verbal.
14.Inefektif bersihan jalan nafas.
 

 

Kematian sell otak
Kerusakan sistem motorik dan sensorik
( DEFICIT NEUROLOGIS )
§  Kelumpuhan /  hemiplegi
§  Kelemahan / paralyse
§  Penurunan kesadaran dan Dysphagia


(Sumber : Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY, 1998, hal.350 dan 363).


IV.TANDA DAN GEJALA.
1.      Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
§  Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap stimulus.
§  Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.
§  Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
§  Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler, peningkatan suhu tubuh.
§  Keluhan kepala pusing.
§  Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2.Kelumpuhan dan kelemahan.
3.Penurunan penglihatan.
4.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5.Pelo / disartria.
6.Kerusakan Nervus Kranialis.
7.Inkontinensia alvi dan uri.

V.PENATALAKSANAAN MEDIK.
A.PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1.LABORATORIUM.
§  Hitung darah lengkap.
§  Kimia klinik.
§  Masa protombin.
§  Urinalisis.
2.DIAGNOSTIK.
§  SCAN KEPALA
§  Angiografi serebral.
§  EEG.
§  Pungsi lumbal.
§  MRI.
§  X ray tengkorak
B.PENGOBATAN.
1.Konservatif.
a.Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b.Mencegah peningkatan TIK.
§  Antihipertensi.
§  Deuritika.
§  Vasodilator perifer.
§  Antikoagulan.
§  Diazepam bila kejang.
§  Anti tukak misal cimetidine.
§  Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena  klien akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
§  Manitol : mengurangi edema otak.
2.Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan  klien.
3.Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari )  perlu :
§  Terapi wicara.
§  Terapi fisik.
§  Stoking anti embolisme.
VI. KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN  STROKE.
§  Aspirasi.
§  Paralitic illeus.
§  Atrial fibrilasi.
§  Diabetus insipidus.
§  Peningkatan TIK.
§  Hidrochepalus.
PENCEGAHAN :
§  Kontrol teratur tekanan darah.
§  Menghentikanmerokok.
§  Menurunkan konsumsi kholesterol dan kontrol  cholesterol rutin.
§  Mempertahankan kadar gula normal.
§  Mencegah minum alkohol.
§  Latihan fisik teratur.
§  Cegah obesitas.
§  Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.


VI.ASUHAN KEPERAWATAN.
A.PENGKAJIAN
BIODATA
Pengkajian biodata di fokuskan pada :
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi  30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.

KELUHAN UTAMA.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.

 UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN.
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu  klien biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.
Kronologis peristiwa CVA Bleeding  sering setelah melakukan aktifitas  tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.

PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai  terjadinya koma maka perlu  klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan  sebagaian sampai total.Meliputi :
§  mandi
§  makan/minum
§  bab / bak
§  berpakaian
§  berhias
§  aktifitas mobilisasi
PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI.
BI ( Bright / pernafasan).
Perlu di kaji adanya :
§  Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.
§  Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
§  Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
§  Catat jumlah dan rama nafas

B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu  peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya  pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran .
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia uri.
B5 ( Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda inkontinensia alfi.
B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama.Kekuatan otot.
SOSIAL INTERAKSI.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.

B.DIAGNOSA YANG MUNCUL.
1.      Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan  penambahan  isi otak sekunder terhadap perdarahan otak .
2.      Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
3.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
5.      Kecemasan (ancaman  kematian) berhubungan dengan kurang  informasi prognosis dan terapi.Kurang pengetahuan prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi.
6.      Resiko injury berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan, penurunan kesadaran.
7.      Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
8.      Inkoninensia uri berhubungan dengan defisit neurologis.
9.      Inkontinensia alfi berhubungan dengan  kerusakan mobilitas dan kerusakan neurologis.
10.  Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas, parise dan paralise.
11.  Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.
12.  Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori.
13.  Resiko terjadinya : kekeringan kornea, Pneumonia ortostatik sekunder  kehilangan kesadaran.

C.INTERVENSI KEPERAWATAN.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1.RESIKO PENINGKATAN TIK BERHUBUNGAN DENGAN  PENAMBAHAN  ISI OTAK SEKUNDER TERHADAP  HIPOKSIA, EDEMA OTAK.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
§  Peningkatan tekanan darah.
§  Nadi melebar.
§  Pernafasan cheyne stokes
§  Muntah projectile.
§  Sakit kepala hebat.
Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.       
Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK
§  tekanan darah
§  nadi
§  GCS
§  Respirasi
§  Keluhan sakit kepala hebat
§  Muntah projectile
§  Pupil unilateral
Deteksi dini peningkatan TIK untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
2.       
Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi dengan cepat.
Meninggikan kepala dapat membantu drainage vena untuk mengurangi kongesti vena.
3.       
Hindari hal-hal berikut :
Masase karotid



Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat.



Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem panggul dan lutut.




Masase  karotid memperlambat frekuensi jantung dan mengurangi sirkulasi sistemik yang diikuti peningkatan sirkulasi secara tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem leher mengganggu  cairan cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial.
Aktifitas ini menimbulkan manuver valsalva yang merusak aliran balik vena dengan kontriksi vena jugularis dan peningkatan TIK.
4.       
Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces jika di perlukan.
Mencegah konstipasi dan mengedan yang menimbulkan manuver valsalva.
5.       
Pertahankan lingkungan  tenang, sunyi dan pencahayaan redup.
Meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan membantu menurunkan TIK.
6.       
Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
§  Anti hipertensi.

§  Anti koagulan.

§  Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit.
§  Pelunak feces.
§  Anti tukak.
§  Roborantia.

§  Analgetika.
§  Vasodilator perifer.


§  Menurunkan tekanan darah.
§  Mencegah terjadinya trombus.
§  Mencegah defisit cairan.

§  Mencegah obstipasi.
§  Mencegah stres ulcer.
§  Meningkatkan daya tahan tubuh.
§  Mengurangi nyeri.
§  Memperbaiki sirkulasi darah otak.