kesendirian ini mulai menyiksa .......
andai saja jari-jemari ini dpt mengenggam kuat...
memberi cinta.... apapun itu,,,,,
namun telapak tangan ini tll rapuh.....
menahan d/ menumpu semua rasa...
spt merayu angin u/ ttp berada di sini...
kesunyian ini membuat q mrs
spt tak prnh mmlk ms lalu...
ia seolah terbenam dalam remukan pasir........
trsapu d/ terhempas ombak....
bahkan dimana ia kini ...
q tak tahu,,,,,,,
Arah itu tlah hlg,,,,,terseret......
ribuan jagat ombak.........
air mata q pun tak prnh ....d/........
tak akan,,,,,,,,,, berarti lagi.
Sabtu, 24 Maret 2012
Jumat, 23 Maret 2012
Kesendirian yg tak pernah terkalahkan
Kesendirian yang tak pernah terkalahkan ........
Mencoba mencr arti
bertahun –tahun lamanya...
namun senyum itu menyisihkan
segalanya....
masih q ingat,,,,,,
semua itu terlalu indah ,,,,
namun gelombang itu,,,,,,,,,,,
datang menghanyutkan,,,,,,,,,,
ragamu pun terpisah.
Q nanti ,,,, mentari terbenam...
Q telusuri pasir sepanjang
pantai...
Q peluk langit.......dan
Q cumbui angin yang menderu,,,
Namun mentari tak jua terbit.....
Tak q temui jejakmu yang hilang....
Senjapun melepaskan
pelukan q...
Hingga tubuh q pun kaku,,,
Semua terasa mati,,,,
Bersama ombak yang telah
Membawa cinta q pergi..............
Bertahun-tahun lamanya.....
Jangan biarkan q sendiri lagi,,,, Tuhan..
Manopang hati merajut kekakuan dunia............
Berlari tiada henti seprt ini,,,,,,,,
Kembalikan ia pd q tuhan,,,,,,,,,,,,,,
Atau berikan q lentera kecil
Sebagai pembakar rindu q.................
D,,,,,,, sebagai petunjuk jalan
Jika q..............tersesat dr langkah Mu.
askep keluarga dg stroke
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN STROKE
Tinjauan pustaka merupakan acuan dasar terhadap proses asuhan keperawatan
secara keseluruhan. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar keluarga, konsep asuhan
keperawatan dan konsep tentang penyakit stroke.
A. KONSEP DASAR KELUARGA
1.
Pengertian Keluarga
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Pengertian keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004)
yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi
yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi (1998:30)
mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan
(Suprajitno, 2004:14) bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan
berinteraksi satu sama lain, mempunyai perannya masing-masing-masing-masing dan
mempertahankan suatu kebudayaan.
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara
yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus
dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan
pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah.
2.
Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004:2)
a.
Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak.
b.
Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
c.
Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai
atau kehilangan pasangannya
d.
Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga
yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian
atau ditinggal pasangannya,
e.
Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the
unmarried teenage mother)
f.
Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone)
g.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the
non marital heterosecual cohabiting family)
h.
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama (gay and lesbian family).
3.
Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan
menurut Suprajitno (1004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun
memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan masing-masing.
Tahap–tahap perkembangan itu antara
lain:
a.
Tahap perkembangan keluarga baru menikah
-
Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim
yang memuaskan pasangannya
-
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
keluarga sosial.
-
Membina rencana memiliki anak
b.
Keluarga dengan anak baru lahir
-
Dimulai dengan
mempersiapkan menjadi orang tua
-
Adaptasi dengan perubahan adanya anggota
keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan
-
Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
c.
Keluarga dengan anak usia pra sekolah
-
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
-
Membantu anak untuk bersosialisasi
-
Beradaptasi dengan anak yang beru lahir,
sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,
-
Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
maupun diluar keluarga
-
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak
-
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
-
Merencanakan kegiatan dan waktu untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
d.
Keluarga dengan anak usia sekolah.
-
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas
-
Mempertahankan keintiman pasangan
-
Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e.
Keluarga dengan anak remaja.
-
Memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi
-
Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
-
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua,hindarkan terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan
-
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f.
Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
-
Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti
menjelaskan keluarga besar
-
Mempertahankan keintiman pasangan
-
Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga
baru di masyarakat
-
Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan
dirumah.
g.
Keluarga dengan usia pertengahan.
-
Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan
usia pertengahan
-
Mempertahankan hubungan yang serasi dan
memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
-
Meningkatkan keakraban pasangan.
h.
Keluarga usia tua.
-
Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga
yang saling menyenangkan pasangan
-
Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi,
kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga
-
Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat
-
Melakukan life review masa lalu.
4.
Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat,
antara lain:
a.
Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri
dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal
b.
Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c.
Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua
dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga inti.
d.
Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
5.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:
a.
Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
b.
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
c.
Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d.
Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e.
Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi
6.
Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut
Suprajitno (2004:4)
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
antara lain:
a.
Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
b.
Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga.
c.
Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
d.
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga
e.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar
keluarga.
B. Proses Keperawatan Keluarga
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan
merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori
atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga
membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian
terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa
keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber
dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga menurut Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang
baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga,
menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu
memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina
komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman
(1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu
tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang
digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi
pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a.1. Pengumpulan data
1)
Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan,
tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2)
Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a.
Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk
penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat
pengawet, serta emosi yang tinggi.
b.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor
yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli
fisiotherapi.
c.
Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga
bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus
sehari dua kali pagi dan sore.
3)
Status Sosial Ekonomi
a.
Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga
dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap
pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b.
Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga
yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998)
mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada
pada keluarga.
4)
Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai
lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta
pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi
dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis
seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
5)
Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan
fisik, seperti olah raga (Friedman, 1998:9).
6)
Data Lingkungan
a.
Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan
dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera
pada penderita stroke fase rehabilitasi.
b.
Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak
terkecuali pada hipertensi
7)
Struktur Keluarga
a.
Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat
dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik
merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b.
Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan
yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam
tekanan darah pasien stroke.
c. Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga
puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat
diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga.
8)
Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota
keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor
tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat
menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga
memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi
sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c.
Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
9)
Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala
sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga.
Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang
muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas
perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal
dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi
dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa
keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident didapatkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a.
Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000)
b.
Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000)
c.
Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes,
2000)
d.
Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2000)
e.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall,
2001)
f.
Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2001)
g.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan
(Doengoes, 2000)
3.
Intervensi Keperawatan
a.
Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi
bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas
perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa
mendatang.
b.
Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan
alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
1.
Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur
langsung dan spesifik
2.
tujuan jangka menengah
3.
tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan
mempunyai tujuan
c.
Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor
keluarga mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:1998:71)
4.
Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia.
a.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1)
Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, komplikasi, cara perawatan, penanganan dan
pencegahan stroke
2)
Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat
mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
post stroke
Intervensi:
1)
Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat
diambil untuk mengatasi pasien stroke, seperti menjaga kesehatan lingkungan,
menghindari faktor pencetus, serta minum obat secara teratur
2)
Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi stroke
3)
Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang
tindakan kesehatan yang diambil pada anggota keluarga yang terkena stroke
c.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit atau perawatan post stroke
Intervensi :
1)
Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan
perawatan secara teratur, jaga diet penderita stroke.
2)
Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d.
Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan
yang dapat menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
Intervensi :
1)
Memberikan semangat pada penderita terutama yang
berasal dasri keluarga itu sendiri atau melalui orang atau sumber-sumber yang
dipercaya mempunyai pengaruh terhadap proses penyembuhan
2)
Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses
penyembuhan klien
e.
Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber
pelayanan kesehatan terhadap perawatan post stroke
Intervensi :
1)
Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat
digunakan utnuk memperoleh pelayanan kesehatan misalnya rujukan kontrol,
perawatan fisiotherapi dan sumber-sumber lain.
2)
Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan
sumber-sumber yang ada secara berkesinambungan.
5.
Evaluasi
Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi
didasarkan pada seberapa efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat
dan yang lainny. Keefektifan dilihat dari respon keluarga bukan intervensi yang
diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan mengikuti perencanaan
evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke pengkajian dengan memberikan
informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya dan diteruskan dengan revisi
setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan
stroke post rehabilitasi berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang
kita lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu mengetahui pengertian
stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke dan mengetahui tindakan apa
yang harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.
C. KONSEP DASAR STROKE
1.
Pengertian Stroke
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne).
Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau
lebih pembuluh darah yang menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan
darah ke otak menjadi kurang atau berhenti, yang kemudian merusak atau
memusnahkan area – area tertentu dalam jaringan otak (discases penyakit )
Storke merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan neurologis yang utama di indonesia, serangan otak ini merupakan
kegawat daruratan media yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Doengoes,
2000:290).
Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit
cerebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara
fungsioanal maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(doengoes:290)
Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat
mendadak dan disertai dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto)
Menurut kriteria WHO stroke secara klinis
didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran dareh otak.
2.
klasifikasi stroke
a.
Transtient Iskemia Attach (TIA)
Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
b.
Stroke in evolution ( SIE)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap
c.
Completeted stroke iskemic (CSI)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap
d.
Reversible iscemic neurological defisit (RIND)
Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja
kelainan yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam
3.
Stroke berdasarkan penyebab
Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:
a.
Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid.
Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya
kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif namun bisa juga terjadi
saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b.
Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari
tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksi dan
selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran umumnya baik
4.
Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
a.
Trombosis cerebral
b.
Emboli
c.
Tumor otak
d.
Hemorhagic
e.
Tekanan darah tinggi
f.
Kelemahan dinding arteri
g.
Cidera kepala
5.
Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau
kelainan yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan
stroke pada suatu saat.
a.
Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama
1)
Usia
2)
Jenis kelamin
3)
Ras
4)
Genetik
b.
Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan
diantaranya :
1)
Hipertensi
2)
Diabetes mellitus
3)
Penyakit jantung
4)
Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya
5)
Merokok
6)
Kolesterol tinggi
7)
Obesitas
8)
Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)
6.
Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak
selalu tetap yaitu 50 ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto
regulasi yang mengembangkan arteri pada waktu hipotensi yang menguncup waktu
hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat
menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan perdarahan
intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan yang akan
menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya. Darah yang merembes
ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme arteri hemisfer
otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya
aliran darah sehingga timbul iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini
akan mengalami defisit neurologis yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah
yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat meningkatkan tekanan darah
cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena
apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan pada
seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)
7.
Manifestasi klinis
Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat
terputusnya sirkulasi arteri cerebral adalah :
a.
Kontralateral paralisis
b.
Kehilangan penginderaan sensori dan memori
c.
Disfasia atau afasia
d.
Masalah spatial perceptual
8.
Pemeriksaan diagnostis
a.
Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat
memperlihatkan adanya hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk
meneliti lesi yang letaknya dipermukaan
b.
Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro
spinalis fluid (CSF). Tekanan yang meningkat dan adanya cairan darah
menunjukkan adanya hemorhagic.
c.
Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang
untuk menentukan lesi spesifik
d.
Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk
memperlihatkan penyebab dan letak ganguan otak, biasanya menggunakan arteri
femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture atau obstruksi dapat difisualisasi
dengan alat ini.
e.
Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan
daerah patologis
9.
Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis
sebagai berikut:
1)
Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital
2)
Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3)
Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter
4)
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus
dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif
b.
Tindakan konservatif
1)
Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral
(ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibutuhkan
2)
Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide,
papaverin intra arterial
3)
Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan
untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi
alteroma
c.
Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah
cerebral, misalnya pada tindakan endarterectomy carotis.
DAFTAR
PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G
Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004).
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing
Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan
Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta:
EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar
Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care
Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih
Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta:
EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical
Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Zendy. George. L.
Pengelolaan Mutahir Stroke. 1992
Shepherd., Robert. B.
M. Motor Relearning Programme for Stroke
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya
Penduduk Rawan Stroke, (Online), (http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2006. Stroke, (Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)
Langganan:
Postingan (Atom)