PENDAHULUAN
CHIKUNGUNYA
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah
nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit
berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”,
mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat.
Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting
dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan
utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan.
Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat
dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan
sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam,
dilakukan review terhadap penyakit ini
EPIDEMIOLOGI
CHIKUNGUNYA
Chikungunya disebarkan / ditularkan kemanusia oleh gigitan nyamuk aedes
yang terinfeksi oleh virus Chikungunya. Nyamk terinfeksi dengan virus saat ia
menggigit pasien sakit Chikungunya; dan setelah sekitar seminggu, nyamuk dapat
menularkan virus saat ia menggigit orang lain yang sehat. Penyakit tidak dapat
menularkan langsung dari satu orang ke orang lain. Wabah Chikungunya dapat
berjangkit dimana nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albocpictus hidup meliputi
daerah tropis terutama daerah perkotaan.
ETIOLOGI DAN
PATOGENESIS CHIKUNGUNYA
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family
Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika.
Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus
Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virions mengandung
satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan.
Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan
diameter 70 µm. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri
atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Nucleopapsids isometric; dengan
diameter 40 µm.
Nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil disbanding nyamuk lain: ukuran badan
3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih dibadannya; dan pada
kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan
tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit;
yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya
menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok.
Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu.
Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang
diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari
belakang; terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam
kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur;
nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha
virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian
susceptible. Ternyata Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor
Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika adalah
Aedes furcifer dan Aedes africanus
MANIFESTASI PENYAKIT
CHIKUNGUNYA
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan
dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien.
Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting
diseases alias hilang dengan sendirinya.
Namun rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu
sampai bulan. Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu
demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual-muntah, sakit perut, nyeri sendi
dan otot, serta bintik-bintik merah dikulit terutama badan dan lengan.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan
hebat, renjatan (syock) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai
sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki.
Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi
yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit.
Ruam kulit berlangsung 2-3 hari, demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh
dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (arthralgia atau
arthritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien.
Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam
hilang. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat self limiting (sembuh
dengan sendirinya) dan tidak brakibat kematian. Peranh dilaporkan terjadi
kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya.
DIAGNOSIS BANDING DAN
DIAGNOSIS PASTI CHIKUNGUNYA
Viral arthropaty diketahui dan dijumpai pada beberapa infeksi virus:
dengue, O’nyong-nyong, chikungunya, Mayaro, Ross River, Sindbis dan Bermah
Forest. Gejala sendi akibat virus ini biasanya hanya berlangsung singkat
seminggu, kecuali pada beberapa kasus Chikungunya.
Penyakit ini banyak kemiripan dengan demam dengue / DHF; hanya saja:
serangan demam lebih singkat; sakit sendi lebih lama dan tidak terjadi
kematian.
Chikungunya dicurigai bila seseorang menderita demam mendadak, dengan
beberapa gejala berikut: sakit sendi, sakit kepala, sakit pinggang/punggung,
fotofobia dan rash/ruam kulit; serta dalam seminggu terakhir berada didaerah
terjangkit Chikungunya. Diagnosis pasti bila terdapat salah satu hal berikut:
- Pemeriksaan titer antibody naik 4 kali lipat
- Isolasi virus
- Deteksi virus dengan PCR
PROGNOSIS CHIKUNGUNYA
Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan
kejadian kematian. Keluhan sendi mungkin berlangsung lama.
Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi Chikungunya, 87,9 % sembuh sempurna;
3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort; 2,8% mempunyai persisten
residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai keluhan sendi
yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi.
PENGOBATAN CHIKUNGUNYA
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan istirahat
untuk mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan gejala sendi.
Belum ada obat spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit; pasien yang
merasa sakit Chikungunya dapat minum penghilang sakit (analgetik), misalnya
parasetamol; namun hindari pemakaian aspirin. Pasien perlu istirahat, minum
banyak air dan pemeriksaan diri ke dokter.
PENCEGAHAN CHIKUNGUNYA
Pencegahan ditujukan untuk mengendalikan nyamuk dan menghindari gigitan
nyamuk. Pada saat ini belum ada vaksin di pasaran untuk mencegah Chikungunya.
Tindakan pencegahan Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes
aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya,
terutama pada tempat penyimpanan air buatan, misalnya bak mandi, kolam ikan,
ban mobil atau kaleng kosong.
Tempat penyimpanan air hujan atau penyimpanan air (kontainer plastik, drum)
hendaknya tertutup rapat. Ban mobil bekas, kaleng kosong sebaiknya dimusnahkan.
Tempat minum hewan peliharaan/burung dan vas bunga hendaknya dikosongkan
atau diganti setidaknya seminggu sekali. Semua upaya tersebut diharapkan dapat
membasmi telur nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk di daerah tersebut.
Pada wisatawan atau juga penduduk di daerah terjangkit Chikungunya, resiko
digigit nyamuk akan berkurang dengan pemasangan air conditioning atau memasang
kasa pada jendela atau pintu.
Memakai repelen yang mengandung 20-30% DEET pada kulit tubuh yang terbuka
atau pakaian akan mengurangi kemungkinan tergigit nyamuk.
Pencegahan Chikungunya ditekankan pada usaha terus-menerus,
berkesinambungan, community based,
integrated mosquito control,
tidak boleh terlalu mengandalkan insektisida baik untuk jentik nyamuk maupun
nyamuk dewasa (chemical larvicide
atau adulticide).
Pencegahan wabah penyakit memerlukan peran serta masyarakat yang
terkoordinasi dalam usaha meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit
Chikungunya, serta bagaimana mengenali penyakit dan bagaimana mengendalikan
nyamuk yang dapat menularkan/menyebarkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nasronudin, dr., SpPD, K-PTI, “Penyakit Infeksi di Indonesia”, 2007,
Air langga University Press, Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar